Senin, 14 Februari 2011

Ujian Praktik


Lakukanlah sesuai dengan perintahnya!

1.   Ciptakan sebuah suasana yang dapat menggambarkan keadaan seseorang untuk berakting. Berdasarkan suasana yang Anda buat, lakukan kegiatan bermain peran/ akting  secara monolog.

2.   Pilihlah salah satu puisi yang sudah disediakan (lihat lampiran). Bacalah puisi tersebut dengan memperhatikan ekspresi/ penghayatan, intonasi, serta pelafalan!

-----Selamat Mengikuti Ujian Semoga Sukses----


Lampiran Ujian Praktik
Puisi 1
Balada Terbunuhnya Atmo Karpo
(W. S. Rendra)

Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya
di pucuk-pucuk para
mengepit kuat-kuat lutut penunggang perampok
yang diburu
surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang

Segenap warga desa mengepung hutan itu
dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri.

Satu demi satu yang maju tersadap darahnya
penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka

Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa


Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia karena padanya seorang kukandung dosa

Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo masih tegak, luka tujuh liang

Joko Pandan! Di mana ia?
Hanya padanya seorang kukandung dosa.

Bedah perutnya tapi masih setan ia!
menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala

Joko Pandan! Di mana ia?
Hanya padanya seorang kukandung dosa.

Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
segala menyibak, bagi derapnya kuda hitam
ridla dada, bagi derunya dendam yang tiba

Pada langkah pertama keduanya sama baja
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka

Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
pesta bulan, sorak-sorai, anggur darah.

Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapaknya.

-----Selamat Mengikuti Ujian-----
Puisi 2
Jante Arkidam
(Ajip Rosidi)

Sepasang mata biji saga
Tajam tangannya lelancip gobang
Berebahan tubuh-tubuh  lalang dia tebang
Arkidam, Jante Arkidam

Dinding tembok hanyalah tabir embun
Lunak besi dilengkungkannya
Tubuhnya lolos di tiap liang sinar
Arkidam, Jante Arkidam

Di perjudian di peralatan
Hanyalah satu jagoan
Arkidam, Jante Arkidam

Malam berudara tuba
Jante merajai kegelapan
Disibaknya ruji besi pegaden

Malam berudara lembut
Jante merajai kalangan ronggeng
Ia menari, ia ketawa

Mantra polisi, lihat kemari!
Bakar meja judi dengan uangku sepenuh saku
Wedana jangan ketawa sendiri
Tangkaplah satu ronggeng nberpantat pada
Bersama Jante Arkidam menari
Telah kusibak ruji besi

Berpandangan Wedana dan mantra polisi
Jante, Jante Arkidam
Telah dibongkarnya pegaden malam tadi
Dan kini ia menari

Aku, akulah Jante Arkidam!
Siapa berani melangkah kutigas tubuhnya batang pisang
Tajam tanganku lelancip gobang
Telah kulipat ruji besi

Diam ketakutan seluruh kalangan
Memandang kepada Jante bermata kembang sepatu

Mengapa kalian memandang begitu?
Menarilah malam senyampang lalu!

Hidup kembali kalangan, hidup kembali perjudian
Jante masih menari berselempang selendang
Diteguknya sloki kesembilan liku
Waktu mentari bangun Jante tertidur

-----Selamat Mengikuti Ujian-----
Puisi 3
Orang-orang Miskin
(W.S. Rendra)

Orang-orang miskin di jalan
yang tinggal di dalam selokan
yang kalah di dalam pergulatan
yang diledek oleh impian
janganlah mereka ditinggalkan
…………………

Orang-orang miskin
Orang-orang berdosa
Bayi gelap dalam batin
Rumput dan lumut jalan raya
Tak bisa kamu abaikan
…………………

Tangan-tangan kotor dari jalanan
meraba-raba kaca jendelamu
Mereka tak bisa kamu hindarkan

Jumlah mereka tak bisa kamu mistik jadi nol
Mereka akan menjadi pertanyaan
yang mencegat ideologimu
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu
…………………..

Orang-orang miskin berhasil sepanjang sejarah
Bagai udara panas yang selalu ada
Bagai gerimis yang selalu membayang
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
Tertuju ke dada kita
Atau ke dada mereka sendiri
O …, kenangkanlah
Orang-orang miskin
Juga berasal dari kemah Ibrahim

(Potret Pembangunan dalam Puisi, 1980)

-----Selamat Mengikuti Ujian-----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar